Selasa, 08 September 2020

MAHABARATA DRONA PARWA BAB X

MAHABHARATA
DRONA PARVA BAB 10

SUMPAH ARJUNA

Yudhisthira duduk di tanah dengan matanya yang mengucurkan air mata. la berkata: "Anak itu pergi ke medan perang dengan kata-kata: "Jangan takut. Aku pasti akan menerobos Vyuha itu. Jika aku terperangkap di dalamnya, aku tidak akan bisa keluar lagi. Itulah yang membuat aku khawatir." Aku meyakinkannya bahwa aku akan melindunginya. Apa gunanya hidupku jika aku tidak bisa menepati janji? Aku mengutusnya untuk menemui kematiannya.
Bunuhlah aku, kalian semua, sebelum Arjuna datang dan bertanya padaku, "Mengapa engkau membunuh anakku?" anakku dikalahkan oleh mereka: Krpa, Salya, Duryodhana, Drona, Asvatthama, dan banyak yang lainnya. Mereka semua tidak mampu melawan anakku Abhimanyu. Ksatriya ini dibunuh dengan cara licik yang tidak terbayangkan sebelumnya. Apa yang bisa aku katakan pada
Arjuna ketika ia kembali? Apa yang bisa aku katakan pada Krishna. Dan aku telah melakukan semua ini pada mereka! Aku membuat anak itu menemui kematiannya. Karena keinginanku untuk memenangkan perang ini, aku membunuh anakku. Tidak akan ada yang bisa membuat aku melupakan hal ini. Aku telah membunuhnya! Aku membunuh Abhimanyu!". Yudhisthira tidak
sadarkan diri.

Arjuna akhirnya mengalahkan para Samsaptaka. Matahari telah terbenam, dan kereta Arjuna telah kembali ke perkemahan Pandava. Pertanda-pertanda yang baik tidak menunjukkan hal yang baik. Arjuna nampak bingung. Ia berbicara pada Krishna mengenai beberapa hal yang telah terjadi hari ini di medan perang. Tetapi pikirannya terganggu oleh beberapa pertanda buruk. Tenggorokannya menjadi kering. Ia berkata: "Krishna, pikiranku telah menggangguku. Aku merasa seakan-akan semua anggota tubuhku terasa panas. Aku sebelumnya tidak pernah merasa lelah karena berperang. Tetapi hari ini aku merasa sangat lelah. Pertanda-pertanda buruk ini telah membuat aku takut. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku berharap tidak terjadi apa-apa pada saudara-saudaraku." Krishna berkata: "Aku yakin tidak terjadi apa-apa pada saudara-saudaramu. Tidak terjadi apapun pada mereka. Ketakutanmu sebenarnya tidak perlu. Hilangkanlah kegelisahanmu dan berbahagialah dengan memikirkan bahwa Trigarta telah dikalahkan. Mereka tidak akan menantangmu lagi. Tidak ada seorangpun yang dapat mengalihkan perhatianmu dari medan perang mulai saat ini."

Mereka sampai di perkemahan. Kesunyian menyambut Arjuna. Sangat sepi, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Ia berkata: "Krishna, apa ini? Nampaknya tidak ada apa-apa disini. Setiap hari, musik dapat di dengar dari Vina yang dimainkan. Kita akan selalu mendengar terompet dan alat perang yang lain mengumumkan kemenangan kita. Tetapi hari ini nampaknya tidak ada yang hidup. Lihatlah semua prajurit itu, Krishna. Tidak ada seorangpun yang
menyambutku. Mereka semua menghindari aku. Apa yang telah aku lakukan sehingga aku mendapatkan hal ini? Mereka tidak berani menatap mataku. Tidak
ada seorangpun yang ada disini, tidak seorangpun, orang-orangku sendiri. Saudara-saudaraku tidak menunggu kedatanganku. Aku berharap tidak terjadi apapun pada Virata dan Drupada. Aku tidak melihat Abhimanyuku atau putra-putra Draupadi. Abhimanyuku biasanya menyambutku dengan senyuman yang menawan."

Mereka pergi ke tenda Yudhisthira. Disana mereka melihat semuanya duduk dengan sedih. Arjuna tidak mengerti hal itu. Ia melihat Yudhisthira. Yudhisthira menundukkan kepalanya dan mengusap matanya dengan tangannya. Bhima juga terlihat lemas dan sedih. Arjuna tidak pernah melihatnya seperti itu. Bhima bangkit untuk memberi salam pada Arjuna dan ia terkulai di lantai, wajahnya sangat sedih. Nakula menatap tanah. Tidak ada seorangpun yang melihat Arjuna. Ini menakutkan. Arjuna melihat semua orang disana, yang duduk
dalam kesedihan. Tidak ada lampu yang dinyalakan. Arjuna mencari dan terus mencari. Ia tidak melihat Abhimanyu dimanapun. la berkata pada mereka semua: "Wajah kalian semua nampak pucat dan sedih. Aku tidak berani menebak apa
yang telah terjadi. Aku tidak melihat anakku yang tersayang Abhimanyu. Ia akan selalu menyambutku begitu aku datang. la tidak ada disini. Dimanakah dia? Tidak ada seorangpun yang menjawabnya. Hanya tangisan Yudhisthira yang memecah kesunyian.

Arjuna mencoba untuk menebak kebenaran. la berkata: Aku telah
diberitahu bahwa Drona telah mengatur pasukannya dalam formasi Padmavyuha yang mengerikan. Jangan katakan bahwa kalian telah mengutus anakku ke dalam perangkap itu!". Tidak ada seorangpun yang berbicara. Arjuna melanjutkan berbicara. "Tidak seorangpun yang dapat memasuki Vyuha itu terkecuali anakku. Aku telah mengajarinya cara untuk memasuki Vyuha itu. Tetapi aku tidak
mengajarinya bagaimana cara untuk keluar dari Vyuha itu. Apakah kalian telah mengutusnya ke dalam Padmavyuha?" la berhenti berbicara meminta jawaban. Tidak ada seorangpun yang berbicara. ARJUNA TAHU. Ia mengarahkan
pandangannya yang menakutkan pada mereka semua. Mereka takut melihatnya.

Yudhisthira datang padanya dan berkata: "Jangan berkata lagi, Arjuna. Bunuhlah aku dahulu. Engkau bisa berbicara setelah itu. Pertama bunuhlah aku yang telah membunuh anakmu. Hanya dengan cara seperti itu engkau dapat membalaskan dendam Abhimanyu. Aku telah membunuh Abhimanyu. Ya, Aku telah membunuh Abhimanyu." Lagi ia tidak sadarkan diri. Arjuna terlalu terhenyak untuk bisa berbicara. la tidak bisa membayangkan Abhimanyu telah
mati. Krishna tidak bisa berdiri. la duduk di lantai di dekat Bhima. Matanya dipenuhi dengan air mata. Tetapi melihat kesedihan yang mendalam di mata Bhima, ia mengambil tangan Bhima dan meremasnya dengan halus menunjukkan simpatinya walau ia diam. Bhima terpuruk. Arjuna tidak sadarkan diri. Ia bangkit dan berkata: "Katakan padaku, siapapun, bagaimana ini terjadi? Bagaimana ia mati? Bagaimana bisa ia mati? Ia belum diajarkan cara untuk keluar dari Padmavyuha itu. la pasti telah memberitahumu tentang itu. Jika ia terperangkap di dalamnya, pastilah ia akan mati. Orang yang mana, yang didukung oleh nasib, telah berani membunuh putraku? Bagaimana ia bisa memiliki keberanian untuk menyentuh putraku. Bagaimana aku bisa hidup setelah ini? la sangat pemberani. la tidak akan pernah menyerang terlebih dahulu dalam pertempuran. Ia adalah seorang pemuda yang berani. Bagaimana seseorang tega membunuhnya? Aku tidak percaya dengan semua ini." Arjuna menangisi kematian Abhimanyu untuk waktu yang lama. Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada Yudhisthira dan berkata: "Bagaimana engkau bisa melakukannya? Mengapa engkau mengijinkan ia masuk ke dalam Padmavyuha tanpa menolongnya? Engkau ada disana, dan Dhrstadyumna, Nakula dan Satyaki dan Sahadeva. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Aku tidak bisa mengerti bagaimana seseorang bisa membunuh Abhimanyu. Ia sangat sulit untuk dikalahkan. Katakan padaku siapa
pelakunya." Ia tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Ia berkata: "Aku yakin pasti telah terjadi permainan yang curang. Atau kalau tidak Abhimanyu
tidak bisa dibunuh. Aku yakin akan hal itu. Aku yakin akan hal itu." Ia
menghempaskan busur dan panah-panahnya. la jatuh tidak sadarkan diri. Ia sadar kembali.

Krishna mengambil tangannya, dan berkata: "Arjuna, jangan bersedih.
Abhimanyu mati sebagai seorang ksatriya. Ia tewas sehingga yang lainnya hidup. Ia telah mendapatkan surga. Ini adalah kematian yang paling pantas untuk
Abhimanyu. Lihatlah saudara-saudaramu Arjuna. Mereka tenggelam dalam kesedihan. Kuserahkan padamu untuk menghibur mereka. Mereka patah semangat karena kesedihan dan penyesalan diri. Engkau tidak bisa membayangkan bagaimana mereka sangat menderita hari ini. Abhimanyu adalah putra kita yang tercinta. Ingatlah hal itu, temanku."

Arjuna langsung mendekati Bhima. Ia bersujud di kaki Yudhisthira dan Bhima, dan air mata mereka sekarang menyatu. Arjuna berkata pada Yudhisthira: "Dalam kesedihanku, aku tidak memikirkan perasaanmu. Maafkanlah aku,
kakak. Bhima, aku minta maaf karena aku telah lupa diri. Aku mengerti apa arti semua ini bagimu. Aku bisa menenangkan diriku. Aku merasa bahwa aku lebih
kuat sekarang untuk mendengarkan cerita selengkapnya tentang kematiannya. Nakula, Sahadeva, Satyaki, kalian semua katakan padaku bagaimana ini bisa terjadi. Dhrstadyumna, sahabatku, katakan padaku nama orang bodoh yang telah berani melakukan ini pada kami. Yudhisthira, kakak, pikiranku sekarang sudah cukup kuat." Arjuna terkulai lagi. Ia berkata: "Hatiku mungkin terbuat dari batu. Kalau tidak hatiku itu pasti sudah hancur berkeping-keping ketika aku mendengar Abhimanyu tewas. Ia telah mati dan aku masih hidup."

Yudhisthira menyuruh Arjuna untuk duduk, dan berkata: "Arjuna, aku
akan memberitahumu tentang segala hal yang menyebabkan kematian permata Pandava, milikmu yang paling engkau sayangi. Aku akan memberitahumu. Trigarta datang dan membawamu pergi. Setelah itu, Drona mengatur pasukannya dalam Padmavyuha. Kami telah mengatur siasat, dan pertarungan di mulai. Sangat sulit untuk menahan serangan mereka. Vyuha ini sangat menakutkan. Kami
tidak bisa melakukan apa-apa, benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa. Vyuha itu seperti benteng yang tidak mempan dengan semua kemampuan yang kami miliki. Pasukan kami dikalahkan dan sementara itu Drona hanya berdiri di luar Vyuha itu, dengan kepuasan yang terlihat di wajahnya. Aku tahu bahwa pasukan kami akan benar-benar dihancurkan sebelum malam tiba. Aku tidak tahan melihat pasukan kita yang tidak berdosa dibunuh dengan sangat kejam seperti itu. Arjuna, aku menemui Abhimanyu dan bertanya padanya apakah ia bisa menerobos Vyuha itu untuk kami. Ia sangat senang. Ia berkata: "Jangan takut, paman. Aku pasti akan menghancurkan Vyuha itu. Ayahku telah mengajariku. Jika aku bisa melakukan pelayanan ini pada Pandava yang agung, aku akan sangat bangga. Tetapi aku hanya mengetahui setengah tentang Vyuha itu. Aku tahu bagaimana cara memasukinya. Tetapi ayahku tidak mengajariku untuk keluar dari Vyuha itu. Ayahku telah mengajariku bahwa Vyuha itu akan menutup setelah seseorang memasukinya. Jika aku terperangkap di dalamnya, jika bahaya menghadangku, aku tidak akan mampu untuk keluar dari Vyuha itu. Itulah yang membuatku khawatir".

Saat itu, suara Yudhisthira terdiam. Ia tidak bisa menjelaskan kata-katanya. Bhima berkata: "Ya, Arjuna, anak itu berkata bahwa ia
tidak bisa keluar dari Vyuha itu. Tetapi kami semua meyakinkannya bahwa kami akan menangani itu semua. Aku meyakinkannya bahwa kami semua akan bersamanya dan ketika Vyuha itu terbuka, maka kemudian ia akan membukanya. Kami semua ada disini: Yudhisthira, aku sendiri, Nakula, Sahadeva,
Dhrstadyumna, Satyaki, Draupadi, Virata, Kekaya bersaudara, putra-putra Draupadi dan banyak yang lainnya. Pemuda itu mengambil tugas berat ini di pundaknya. Terakhir kami melihatnya ketika ia berdiri di keretanya dan menoleh ke belakang pada kami dengan senyuman manis yang menawan yang terpancar di wajahnya. Itulah terakhir kalinya kami melihatnya." Bhima tidak bisa berkata-kata lagi. Ia menangis di dada Arjuna.

Lagi Yudhisthira mengambil alih cerita itu. la berkata: "Kami mengikutinya dengan kereta kami. Kami melihatnya memasuki Vyuha itu. Kami di belakangnya. Kami bisa saja memasuki Vyuha itu dengan mudah. Kami melihat celahnya. Ketika kami akan masuk, Jayadratha datang dan berdiri di depan kami. Aku berpikir akan mudah mengalahkannya. Kami melihat Abhimanyu menerobos barisan pasukan seperti meteor. Kami yakin sekali kami bisa bergabung dengannya. Tetapi kemudian kelopak bunga formasi teratai itu tertutup sekali lagi. Jayadratha menghalangi jalan kami, dan kami tidak bisa masuk. Kami melihat Abhimanyu terperangkap dalam Vyuha itu, dan kami semua, mencoba sekuat tenaga untuk mengalahkan Jayadratha. Sendiri, ia mampu menghalangi kami. Kami mendengar serangan Abhimanyu dengan teriakan keputusasaan yang terdengar dari pasukan Kaurava. Ia membuat kekacauan. Tetapi pada akhirnya ia tewas. Abhimanyu tewas." Yudhisthira menghentikannya. la tidak bisa mengatakan pada Arjuna tentang pembunuhan putranya.

Sahadeva sekarang mendekati Arjuna. Ia berkata: "Kakak, persiapkanlah dirimu untuk mendengar kejahatan yang paling besar yang telah dilakukan di medan perang Kuruksetra. Putramu dikepung oleh enam MAHARATHIKA : Drona, Krpa, Radheya, Asvatthama, Krtavarma dan putra Dussasana. Keenam orang itu mengepungnya. Radheya memotong busurnya dari belakang: Drona membunuh kuda-kudanya: Krpa membunuh kusir-kusirnya. Putra Dussasana membunuh Abhimanyu. Ya, Arjuna, mereka semua membunuh anak itu di depan kami. Kami melihatnya, dan kami tidak bisa melakukan apa-apa. Engkau bisa membunuh kami sesukamu. Kami semua telah membunuh Abhimanyu." Sahadeva dipenuhi dengan kesedihan.

Mereka semua diam, melihat Arjuna dan kemarahannya yang semakin bertambah. Arjuna jatuh tidak sadarkan diri. Mereka mendekatinya dan menyadarkannya kembali dengan air wangi-wangian. Arjuna sadar. Tubuhnya bergetar karena amarah. la bergetar seperti terserang demam yang tinggi. Ia bangkit
berdiri dan berkata: "Aku berjanji pada kalian, aku akan membunuh Jayadratha besok. Bahkan kalaupun ia datang padaku dan pada Krishna atau pada Yudhisthira untuk meminta perlindungan, aku akan membunuhnya. Bahkan kalaupun ia dijaga oleh putra-putra Dhrtarastra, bahkan kalaupun ia dijaga oleh Sankara sendiri, aku akan membunuhnya. Akulah yang menjadi orang yang membunuhnya besok. Jika aku tidak membunuhnya, biarlah aku kehilangan amal baik yang telah aku dapatkan selama ini. Biarlah aku pergi ke neraka yang diperuntukkan bagi pendosa yang paling berdosa. Dengarkanlah sumpahku. Aku bersumpah, atas nama api dan atas nama Gandivaku yang tersayang, bahwa aku akan membunuh Jayadratha besok. Aku akan melakukannya besok sebelum matahari tenggelam. Tidak ada seorangpun yang bisa mencegahku melakukan semua ini. Jayadratha akan mati besok. Jika aku tidak membunuhnya, aku berjanji bahwa
aku akan melompat ke dalam api yang berkobar dengan Gandiva ditanganku."

Arjuna menarik busurnya. Suara yang berdesing terdengar di keempat penjuru arah. Krishna segera mengambil Pancajanya dan meniupnya dengan keras. Suara yang menakutkan memenuhi angkasa. Bumi bergetar ketika suara terompet kerang Krishna menyatu dengan getaran dari dawai Gandiva. Perkemahan Pandava
sekarang semarak lagi. Bayangan bahwa Jayadratha akan dibunuh oleh Arjuna membuat mereka berbesar hati. Pandava telah menghempaskan selubung duka mereka. Bhima sangat bahagia. Suaranya menjadi parau karena emosi dalam hatinya. Ia melihat Arjuna dan berkata: "Bahkan saat ini para musuh akan mendengar suara busurmu dan suara musik Pancajanya. Mereka pasti sudah ketakutan. Aku bangga padamu. Aku tahu bahwa engkau pasti melakukan apa yang telah engkau sumpahkan."

Kesedihan terangkat dari hati saudara-saudara Arjuna. Mereka merasa kematian Abhimanyu akan terbalaskan. Mereka tahu bahwa keenam pembunuhnya akan dihukum oleh Arjuna karena kejahatan mereka yang tidak
manusiawi. Keadilan akan ditegakkan. Hanya masalah hari sebelum mereka semua terbunuh. Mereka semua mencoba untuk melupakan kematian Abhimanyu
karena keinginan mereka untuk balas dendam. Tetapi mereka tidak bisa berhenti memikirkan Abhimanyu. Mereka tidak bisa menghapus kenangan Abhimanyu
ketika mereka melihatnya untuk terakhir kalinya: berdiri di dalam keretanya dan tersenyum pada mereka semua sebelum ia memasuki Padmavyuha yang
menakutkan itu.

Semua orang yang berada di perkemahan Pandava, dari Yudhisthira sampai pada prajurit-prajurit bawahan, sangat berduka akan kematian Abhimanyu. Tidak ada seorangpun yang tidur dalam perkemahan malam itu. Bersama dengan duka atas kematian Abhimanyu, kekhawatiran baru telah memasuki pikiran mereka. Kekhawatiran itu adalah sumpah Arjuna. Semua orang berpikir: "Dalam kedukaannya atas kematian putranya, Arjuna telah bersumpah untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Semoga Tuhan menganugerahinya keberhasilan dalam pertarungan besok! Semoga ia kembali ke perkemahan dengan kemenangan! Kami akan mempertaruhkan semua punya yang telah kami dapatkan selama ini. Tuhan, semoga sumpahnya menjadi kenyataan! Semoga Arjuna kembali dengan kemenangan dari medan perang!" Begitulah doa semua orang dalam
perkemahan Pandava.

"Ditulis Ulang Oleh: Kamala Subramaniam"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar